Waktu itu tahun 1992 tepatnya pada
tanggal 5 oktober. Fajar belum juga datang dari ufuk timur untuk menerangi
dunia. Pada waktu yang sama ada seorang ibu yang sedang berjuang melahirkan
anak pertamanya disebuah Rumah Sakit di Kota Ambon. Ibu itu berjuang sekuat
tenaga untuk menyelamatkan sang bayi dengan bantuan dokter. Tidak lama kemudian
lahirlah seorang bayi perempuan dengan berat badan kurang dari dua kilo gram.
Ya anak perempuan itu terlahir prematur. Dengan badannya yang kecil, mulutnya
yang mungil serta tangan dan kakinya yang masih memerah, sang ibu
menggendongnya dengan penuh rasa haru. Ayah dari si bayi perempuan itu lalu
mengumandangkan adzan ditelinga si bayi perempuan dengan penuh rasa haru. Tapi
kebahagiaan akan hadirnya sang bayi mungil tadi tidak berlangsung lama. Bayi
perempuan tadi harus menginap di Rumah Sakit selama tujuh hari untuk mendapatkan
perawatan intensif. Dia di tempatkan di
dalam inkubator agar tubuh mungilnya tetap hangat.
Tujuh hari telah berlalu. si bayi
mungil tadi telah kembali kepelukan kedua orang tuanya. Seorang bayi mungil
yang diberi nama Rina. Ya itulah saya. Dua puluh tahun yang lalu saya
dilahirkan sebagai anak pertama dikeluargaku. Menjalani kehidupan sebagai anak
pertama di keluargaku sangatlah menyenangkan. Keluargabesarku sangat
menyayangiku. Kami tinggal di sebuah dusun kecil yang bernama Dusun Hanie di
pinggiran Kota Ambon. Ibuku yang berprofesi sebagai seorang guru Sekolah Dasar
pada waktu itu sering membuat kami berpindah rumah karena jarak sekolah yang sangat
jauh. Terkadang ibuku sering dicemooh
oleh teman-temannya karena melahirkan seorang bayi perempuan yang prematur.
Mereka beranggapan bahwa seorang anak yang terlahir prematur akan menjadi anak
yang idiot dan bodoh dalam segala hal bahkan umurnya tidak akan lama. Tapi
ibuku selalu berdoa kepada Allah SWT. Dan Allah mendengar doa ibuku. Saya
tumbuh menjadi seorang anak yang periang dan sangat disayangi oleh keluargaku. Saya
menjalani hari-hari yang bahagia bersama keluargaku.
Tujuh tahun berlalu, saya sudah
mempunyai tiga orang adik. Dua adik laki-laki dan satu adik perempuan. Saya sudah duduk di kelas satu Sekolah Dasar. Saya
bersekolah di SDN 1 Tengah-tengah dimana ibuku mengajar. Jarak sekolah yang
sangat jauh dari tempat tinggal kami membuat saya dan ibu saya selalu
beristirahat di rumah salah satu warga di dekat sekolah. Warga Dusun
Tengah-tengah sangat baik kepada kami. Mereka selalu memberikan pertolongan
kami. Menjelang magrib ayahku datang
menjemput kami untuk pulang ke rumah. Ya itulah pekerjaan ayahku setiap hari
mengantar dan menjemput kami. Ketiga adikku dititipkan di rumah nenekku. Satu
caturwulan berlalu setelah saya bersekolah di SDN 1 Tengah-tengah. Pamanku yang
merupakan seorang guru agama di SDN 1 Tial tidak tega melihatku harus
bersekolah dengan jarak yang sangat jauh dari rumah. Beliau menyuruhku untuk
bersekolah bersamanya. Saya setuju karena saudara sepupuku anak dari pamanku
tadi juga bersekolah di tempat pamanku mengajar. Sepupuku bernama Fadli. Saya
lebih tua setahun darinya, tapi dia masuk sekolah bersamaan denganku. Jadilah
pada caturwulan kedua saya resmi pindah ke SDN 1 Tial. Sekolah keduaku ini
tidak terlalu jauh dari rumah. Saya bisa berjalan kaki untuk sampai di sekolah.
Sekolah tersebut terletak di perkampungan Kristen. Teman kelasku juga banyak
yang beragama Kristen, bahkan wali kelasku adalah penganut Kristen. Meskipun
demikian kami saling menyayangi. Wali kelasku yang bernama Ibu Omy sangat
sayang kepada kami. Suatu pagi yang sangat cerah, aku, fadli dan teman-temanku
yang lain akan berangkat sekolah. Kami yang pada saat itu telah siap untuk
berangkat sekolah harus menunggu saudara sepupuku fadli yang pada hari itu
terlambat bangun. Kami berjalan kaki menuju sekolah sedangkan waktu sudah
menunjukkan pukul 06.30 WITA. Setibanya kami di sekolah, halaman sudah sepi.
Murid-murid yang lain sudah memasuki ruangan kelas. Kami terlambat, itulah yang
dikatakan wali kelasku. Kami dihukum di depan kelas masing-masing. Saya dan
saudara sepupuku Fadli dihukum berdiri di depan kelas sambil memegang telinga
selama lima belas menit. Tidak lama kemudian kami dipersilahkan duduk oleh Ibu
Omy selaku wali kelas kami. Hari-hari yang kami jalani sangat menyenangkan.
Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bulan Januari tahun 1999 merupakan
tahun yang sangat menakutkan bagi kami warga yang tinggal di Pulau Maluku. Pada
tahun itu terjadi kerusuhan besar-besaran di seluruh sudut Kota Ambon termasuk
dusun tempat tinggal kami. Kerusuhan itu dipicu oleh kesalahpahaman warga antar
umat beragama. Warga Muslim dan warga Kristen saling serang di setiap sudut
Kota Ambon. Bagi kami umat Muslim, masjid adalah tempat perlindungan yang paling
aman. Para wanita dan anak-anak diungsikan ke Masjid dan para pria pergi
berperang.
Banyak sekali korban jiwa dalam
peperangan antar agama tersebut. Rumah-rumah, masjid-masjid, gereja, gedung
sekolah habis terbakar. Selang beberapa bulan kemudian peperangan masih terus
terjadi. Orang tuaku mengungsikan saya dan adikku Rian ke pulau Buton. Di Buton
kami berdua tinggal bersama nenek dari ibuku. Setelah membawa kami ke Buton,
orang tuaku kembali ke Maluku. Aku dan adikku Rian disekolahkan oleh nenekku.
Orang tuaku kembali ke Buton pada saat saya duduk di kelas tiga sekolah dasar.
Setelah saya pindah ke Buton, saya mendapat teman-teman baru yang sangat baik
seperti Mala, Nunung, Lina, Marwan, Fina, Mida, Eky, Ike, dan masih banyak lagi
yang lain. Kami semua adalah teman sekelas di SDN Kambara yang sekarang
berganti nama menjadi SDN 1 Lawela.
Ketika saya duduk di bangku sekolah
dasar, saya pernah mengikuti lomba cerdas cermat bersama teman-temanku. Saya
dipercayakan oleh guruku mewakili sekolah untuk mengikuti lomba cerdas cermat
dalam mata pelajaran IPA tingkat sekolah
bersama temanku Lina. Saya sangat bersyukur karena saya mendapat rangking satu
mengalahkan sekolah unggulan SDN 1 Laompo. Dua minggu kemudian saya diutus
mewakili Kecamatan yaitu Kecamatan Batauga untuk mengikuti cerdas cermat
tingkat Kecamatan di Kota Baubau bersama dengan teman-teman dari sekolah lain
yang sama-sama mewakili Kecamatan Batauga. Saya sangat senang sekali bisa mewakili
Kecamatan, ditambah lagi saya mempunyai banyak teman baru seperti Kamil dan
Citra. Kamil mewakili cabang olahraga lari dan Citra mewakili mata pelajaran bahasa
Indosesia. Tapi harapanku untuk mewakili Kabupaten pupus sudah. Saya hanya bisa
meraih peringkat kelima. Namun saya tidak berkecil hati karena saya selalu
mendapat dukungan dari para guru yang selalu mendukungku.
Tahun 2004 adalah tahun dimana saya
pertama kali menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama. Saya harus berpisah
dengan teman-temanku yang dulu karena saya akan bersekolah di Kota. SMP N 4 Baubau
adalah sekolah pilihanku. Saya masuk ke sekolah itu bersama empat orang temanku
dari SDN Kambara yaitu Nunung, Fina, Eky dan Yamin. Namun kami tidak ditempatkan
pada kelas yang sama. Saya di tempatkan di kelas VII.8. dari dua belas kelas
tujuh. Saya juga mendapat banyak teman baru seperti Ria, Ayu, Helen, Karlina,
Fatma, Cahu, Hadi dan masih banyak lagi. Kesan pertama yang sangat baik ketika
memasuki kelas dengan wajah teman-teman baru. Di Kota Baubau saya tinggal
bersama Nunung di rumah pamannya. Saya tidak pernah mengeluh dengan semua yang saya
jalani. Semuanya menyenangkan jika untuk menuntut ilmu meskipun jauh dari orang
tua. Saya sangat senang jika hari sabtu tiba karena saya akan pulang ke Lawela
untuk bertemu dengan keluargaku. Hari senin saya harus kembali lagi ke Kota
Baubau untuk bersekolah. Begitu terus berlanjut selama tiga tahun sampai saya
menamatkan sekolah menengahku pada tahun 2007.
Setelah menamatkan sekolah menengah,
saya kembali lagi ke Batauga untuk melanjutkan SMA dan tinggal bersama kedua
orang tuaku. saya bersekolah di SMA N 1 Batauga. Jarak sekolah dengan rumahku
kurang lebih tujuh kilo meter. Saya harus menggunakan angkot untuk sampai
kesekolah. Masuk ke SMA bukanlah hal yang mudah. Saya harus melewati MOS (Masa
Orientasi Siswa) yang merupakan kegiatan rutin dan wajib ketika kita memasuki
dunia SMA. Senior-senior yang sangat seram, jahat dan suka memerintah bagaikan
tembok raksasa bagi kami yang pada saat itu mengikuti MOS. saya hanya
menghadiri dua hari dari empat hari kegiatan MOS karena pada hari ketiga MOS saya
jatuh sakit. Tapi saya bersyukur pihak sekolah tidak mempermasalahkan hal itu.
Hari pertama saya memasuki sekolah baru, menjadi siswa baru di SMA N 1 Batauga
sangatlah tidak menyenagkan. Yang pertama, saya nyaris terlambat karena
ketinggalan angkot. Yang kedua, saya ditempatkan di kelas yang tidak ada
seorangpun teman yang saya kenal. Dan
yang ketiga kami murid kelas satu SMA N 1 Batauga harus masuk siang
karena ruang kelas yang terbatas. Tapi semuanya itu tidak berlangsung lama,
karena ternyata teman-teman sekelasku sangat ramah dan baik. Yah untuk kesekian
kalinya saya mendapat teman baru. Teman-teman baru yang sangat baik seperti Evy, Fatma, Dasni, Salmin dan yang
lainnya. Saya ditempatkan di kelas X.3. Kelas yang menurutku kelas paling kacau
dan sangat membuatku nyaman. Belum berapa lama saya memasuki Kampus biruku yang
sangat indah itu, ada perayaan hari ulang tahun kenegrian sekolahku yang
keempat. Kami seluruh warga sekolah wajib mengikuti pertandingan-pertandingan
yang diselenggarakan, diantaranya pertandingan bola voli, senam irama, bola
gotong, pidato bahasa Inggris, pidato bahasa Indonesia dan masih banyak lagi. Saya
tidak lupa ambil bagian dalam kegiatan itu. Ya, sekali lagi saya dipercayakan
mewakili kelasku untuk pidato bahasa Inggris. Meskipun saya tidak begitu mahir
berbahasa Inggris tapi demi kelasku dan teman-teman saya, saya siap. Saya siap
berpidato bahasa Inggris meskipun pelafalan yang kurang bagus, penyusunan
kata-kata dan kalimat yang mungkin tidak karuan, tapi saya siap menanggung malu
agar kelasku yang sangat saya cintai kelas X.3 tidak menjadi bahan cemoohan
karena tidak ada yang mewakili untuk berpidato bahasa Inggris. Pertandingan
demi pertandingan telah selesai. Dan waktunya untuk mengumumkan hasil
pertandingan. Semua perwakilan kelas berharap agar kelas mereka termasuk yang
terbaik. Semua rangking telah dibacakan dan tidak ada satupun dari kelasku yang
termasuk. Tapi saya dan teman-teman saya tidak berkecil hati. Kami bangga
dengan apa yang kami capai. Semuanya akan indah pada waktunya itulah kata wali
kelasku.
Dua bulan setelah hari perayaan
ulang tahun kenegrian sekolahku, sekolahku mendapat kunjungan spesial dari
siswa-siswi SMA N 1 Baubau yang merupakan sekolah nomor satu di Kota Baubau. Sekolahku
merupakan tuan rumah bagi kolaborasi antar dua sekolah ini. Banyak kegiatan
yang ditampilkan pada acara kolaborasi ini, diantaranya pentas seni, debat bahasa
Inggris, pidato musikal dan lain-lain. Kegiatan itu berlagsung selama dua hari
satu malam. Bulan April 2008 saya kembali dipercayakan untuk mewakili sekolahku
untuk mengikuti olimpiade Kebumian. Ya, untuk kesekian kalinya saya
dipercayakan untuk mewakili sekolah (ternyata otakku boleh juga hhee). Saya
mengikuti olimpiade Kebumian yang ilmunya merupakan gabungan dari ilmu Geografi
dan Astronomi. Saya mengikuti bimbingan belajar dari guruku selama tiga minggu.
Waktu yang ditunggu-tunggupun tiba. Saya dan teman-teman saya yang mengikuti
olimpiade akan pergi bertanding ke
Pasarwajo yang merupakan Ibukota Kabupaten dari Kabupaten Buton. Perjalanan
dari Batauga ke Pasarwajo memakan waktu kurang lebih empat jam. Kami berangkat
dari sekolah sekitar pukul enam pagi dan tiba di Pasarwajo pukul sepuluh pagi.
Pertandingan dimulai pada pukul sebelas jadi kami masih punya waktu untuk
beristirahat sejenak. Pukul sebelas pertandingan dimulai. Kami memasuki ruangan
sesuai dengan mata pelajaran yang kami pertandingkan. Saya masuk ke dalam
ruangan Kebumian. Lembar soal dan lembar jawaban dibagikan oleh petugas dan
pengawas olimpiade. Saya tidak lupa
berdoa kepada Allah SWT. agar selalu melindungiku dalam segala urusan. Saya
mengisi lembar jawabanku dengan tenang. Enam puluh persen soal olimpiade sudah saya
pelajari. Sisanya adalah mata pelajaran Astronomi yang belum terlalu saya
kuasai. Untunglah sedikitnya saya pernah membaca dan mendengar istilah-istilah
ilmiah dalam ilmu Astronomi jadi saya mengisi jawaban yang lain menggunakan
insting. Saya tidak pernah meragukan instingku meskipun instingku tidak selalu
tepat dan tidak selalu benar. Karena ketika kita mempercayai suatu hal maka
yakinlah akan hal itu. Waktu tinggal seperempat jam lagi. Saya sudah selesai
mengisi lembar jawaban meskipun tidak semuanya terisi. Setelah waktu selesai saya
pun keluar ruangan mendapati teman-temanku yang lain. Kami lalu berbincang
sebentar bersama guru pembibing kami tentang soal yang kami dapat pada saat di
dalam ruangan tadi. Setelah itu kami lalu dibawa ke rumah makan untuk makan
siang. Setelah makan siang kami belum langsung pulang karena ada cabang
olahraga yang akan beraksi. Sekolahku diwakili oleh temanku Konyo. Konyo berhasil
pada putaran pertama dan kedua, tapi sayang dia harus gagal pada putaran
ketiga. Meskipun demikian kami tidak berkecil hati. Kami pulang dengan lapang
dada dan gembira.
Tiga minggu setelah olimipiade di
Pasarwajo, inilah saat yang kami tunggu-tunggu yaitu pengumuman hasil
olimpiade. Saya tidak mempunyai firasat apapun tentang hasil olimpiade. Setelah
kepala sekolah mengumumkan ada tiga orang siswa yang berhak mewakili sekolah
pada tingkat Kabupaten di Kendari saya mulai was-was. Nama pertama yang disebut
adalah kak Munir siswa kelas XI IA 1. Kak Munir mendapat peringkat kedua dalam
mata pelajaran Matematika dan berhak mewakili sekolah ditingkat Kabupaten. Nama
kedua adalah Kak Asna siswa kelas XI IS 1. Kak Asna mendapat peringkat pertama
dalam mata pelajaran Ekonomi. Kak Asna juga berhak mewakili sekolah di tingkat
Kabupaten. Nama ketiga yang disebut adalah namaku. “Rina Anwar”. Ya, itu namaku
saya tidak salah dengar. “Rina Anwar kelas X.3 mendapat peringkat kedua dalam
mata pelajaran Kebumian dan berhak mewakili sekolah ditingkat Kabupaten”.
Begitulah kata Kepala sekolah. Bangga luar biasa, rasa syukur yang tidak dapat
kuungkapkan. Air mataku rasanya ingin meleleh kepipi, ternyata perjuanganku
tidak sia-sia. Ditambah lagi semua mata siswa lain memandang kearahku. Ada rasa
bangga yang tidak bisa kuungkapkan pada diriku. Beginikah rasanya menjadi
seorang yang diperhatikan? Terima kasih ya Allah atas jalan dan kemudahan yang
Engkau berikan.
Dua minggu setelah pengumuman
olimpiade, saya akan bersiap ke Kota Kendari untuk mewakili sekolahku ditingkat
Kabupaten tentu saja bersama dengan kak Asna dan Kak Munir. Di Kota Kendari
kami menginap disalah satu penginapan yang memang dikhususkan bagi kami. Saya
sekamar dengan kak Asna dan dua orang teman baruku bernama Fatma dan Kak Nila.
Fatma mewakili sekolahnya dalam mata pelajaran Matematika. Dia mendapat
peringkat ketiga dan kak Nila mewakili sekolahnya dalam mata pelajaran Ilmu
Komputer. Mereka berdua dari SMA yang sama yaitu SMA Mawasangka. Di Kendari
kami hanya diberi waktu tiga hari dua malam. Setelah pulang bertanding kami
langsung pulang ke penginapan dan makan siang. Sore harinya kami berjalan-jalan
di Mall Mandonga yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di
Kendari. Keesokan paginya saya dan teman-teman yang lain sudah harus kembali ke
Kota Baubau. Perjalanan dari Kendari ke Baubau memakan waktu sekitar enam jam
dengan menggunakan kapal cepat. Setelah kami tiba di Baubau, kami dijemput oleh
salah seorang guru kami yang bernama ibu Eva. Saya bersama dengan kak Munir dan
Kak Asna langsung dibawa kerumahnya untuk dijamu makan siang. Setelah makan
siang kami lagsung diantar pulang ke rumah masing-masing dengan menggunakan
mobil. Belum berapa lama pulang dari Kendari saya harus mengikuti ujian akhir
semester dan seminggu kemudian penerimaan rapor sekaligus kenaikan kelas.
Alhamdulillah saya masih bisa mempertahankan peringkatku dari semester satu
yaitu peringkat satu dari tiga puluh siswa di kelas X.3.
Kelas XI adalah kelas penjurusan.
Saya memilih jurusan IA (Ilmu Alam). Saya di tempatkan di kelas XI.IA 1. Di
kelas IA.1 saya juga mendapat teman baru seperti Arudin, Nurfudin, Linda, Lisa,
Misa, Sarni, Hemy dan lainnya. Tapi selain teman baru, saya juga masih sekelas
dengan Fatma dan Evy yang merupakan teman seperjuanganku di kelas X. Saya dan
Evy duduk sebangku. Di kelas XI saya kembali dipercayakan oleh pihak sekolah
untuk tetap mengikuti olimpiade Kebumian. Tapi saya tidak lolos pada seleksi
Kabupaten, yang lolos adalah adik kelasku yang bernama Nuviar. Saya sangat malu
pada saat itu terutama pada guru pembimbingku. Sepenuhnya memang salahku karena
saya terlalu meremehkan olimpiade yang kedua. Itu menjadi suatu pelajaran buat
saya untuk tidak pernah meremehkan dan menyianyiakan kesempatan lagi. Kelas
XI.IA 1 adalah kelas unggulan dimana tempat berkumpulnya orang-orang pandai
dari kelas X. Di kelas XI.IA 1 kami
berjumlah dua puluh orang. Di kelas XI ini saya sudah sulit untuk bersaing
karena banyak sekali tema-teman saya yang pandai. Saya hanya bisa menduduki
peringkat ke empat diikuti dengan Evy yaitu peringkat kelima. Saya tidak pernah
sedih dengan apa yang saya capai. Saya bangga dengan peringkat empat karena
saya masih bisa mengalahkan enam belas orang teman saya yang lain.
Sampai pada penaikan kelas XII saya
masih tetap menduduki peringkat keempat dan Evy masih tetap menjadi yang
kelima. Kami berdua memang tidak pernah berpisah. Saya harus mengakui kalau
saya dan Evy bagaikan simbiosis mutualisme. Kami saling menguntungkan satu sama
lain. Saya kurang begitu memahami soal-soal eksaksta jadilah Evy yang mengajari
saya. Begitupun dengan Evy, Evy kurang begitu berminat dengan pelajaran yang
berbau non eksakta jadilah saya yang selalu menemaninya belajar. Jadi disini
kami bisa menutupi kelemahan satu sama lain yang menjadi keuntungan tersendiri
bagi kami. Hasil ujian semester awal kelas XII saya masih tetap menduduki
peringkat keempat namun Evy merosot menjadi enam. Peringkat lima diraih oleh
Asma. Dengan keadaan itu saya tidak mau lagi bermain-main dalam belajar. Saya
belajar dari Asma yang bisa langsung mengalahkan Evy. Pada semester kedua kelas
XII saya terus berusaha. Ditambah lagi saya sudah kelas XII yang sebentar lagi
akan lulus dari SMA. Saya harus membuktikan kalau peringkat saya bisa lebih
tinggi dari peringkat empat. Dan itu terbukti pada saat hasil ujian akhir
sekolah saya bisa meraih peringkat ketiga di kelas. Itu merupakan suatu
pencapaian yang sangat membanggakan bagi saya.
Hari pengumuman Ujian Nasional bagi
siswa SMA se-Indonesia telah tiba. Kami semua was-was menunggu hasil jerih
payah kami selama tiga tahun di SMA. Dan hasilnya sangat memuaskan. Seluruh
siswa kelas XII.IA lulus seratus persen, tapi tidak dengan kelas XII Bahasa dan
XII.IS. Meskipun demikian kami semua bersuka cita dengan kelulusan kami.
Setelah lulus dari SMAN 1 Batauga, saya berangkat ke Kota Makassar untuk
kuliah. Rencananya pada waktu itu saya akan mengambil jurusan Kedokteran Gigi
jika kuliah dan saya mendaftarkan diri saya ke salah satu Perguruan Tinggi
Negeri ternama yaitu UNHAS. Namun sangat disayangkan Allah tidak menghendaki
saya untuk berkuliah di tempat bergengsi itu. Saya pun memutuskan untuk mendaftar ke Stikes Sandi
Karsa tapi saya ditentang oleh sepupu saya. Saya disuruh untuk mendaftar ke
UMI. Saya pun mengikuti rekomendasi dari sepupu saya kemudian saya mendaftar ke
UMI dengan mengambil jurusan FKM. Alhamdulillah ternyata Allah menghendaki.
Ternyata Allah mempunyai rencana yang sangat besar dibalik semua yang sudah
saya lewati dibelakang. Allah tidak menghendaki saya untuk masuk ke UNHAS dan
Sandi Karsa karena Allah tahu bahwa UMI adalah kampus yang terbaik buat saya.
Saya bisa bertemu dengan teman-teman yang sangat baik. Early adalah teman
pertama saya ketika saya mengikuti pesantren kilat yang bertempat di Asrama
Haji Sudiang. Di tempat itu pula saya bertemu dengan teman-teman saya yang
menjadi teman sekelas saya di FKM. Mereka adalah Nurma, Fifa, Dian, Arni dan
Indah. Setelah pulang dari pesantren kilat kami langsung belajar di Fakultas.
Di FKM saya ditempatkan di kelas w.5, tapi kami ditempatkan di ruang belajar
yang sama dengan kelas w.6. meskipun kami berbeda kelas tapi tidak terlihat
sedikitpun pembatas diantara kami. saya mempunyai sahabat yang sangat baik
yaitu Early, Fifa, Nurma dan Indah. Selain itu saya juga mempunyai banyak sekali
teman yang sangat menarik seperti Asih dan Sela yang nama mereka saya ganti
menjadi Hyung yang berarti panggilan untuk laki-laki kepada laki-laki yang
lebih tua dan mereka memanggil saya dengan sebutan dongsaeng yang berarti adik.
Aswati yang saya rubah namanya dengan sebutan eonni yang berarti kakak
perempuan, Dewi yang saya panggil denga sebutan nunna, Ros yang saya panggil
dengan sebutan bondeng sebagai gantinya saya dipanggil boncel olehnya. Ela yang
saya panggil dengan sebutan ekot yang berarti Ela kotak, Nur yang saya panggil
dengan sebutan Angrybird, Sinta yang saya panggil dengan sebutan Olive dan
masih banyak lagi teman-teman saya yang menarik. Mereka tidak pernah marah
dengan sebutan yang saya berikan kepada mereka. Mereka menganggap itu adalah panggilan
sayang saya terhadap mereka. Sebelumnya kami belum terlalu dekat satu sama
lain. Semuanya berawal di Padang Lampe tempat kami melaksanakan pesantren
selama sebulan. Sungguh banyak sekali hikmah yang saya dapat dari pesantren
Padang Lampe. Ada ayah dan bunda yang selalu sabar mengajar dan menasihati kami
tanpa kenal lelah, membangunkan kami setiap subuh untuk beribadah kepada Allah
SWT. Di Padang Lampe kami diajarkan untuk bersabar, tidak egois, saling
berbagi, saling menghormati dan saling menyayangi. Itu semua kami pelajari
dengan atau tanpa sadar tapi begitulah jalannya. Kami yang tadinya tidak pernah
makan bersama dengan teman, di Padang Lampe diajarkan untuk makan empat orang
satu baki semuanya seperti sudah terarah dengan baik. Selain itu, saya juga
mendapat teman-teman baru ketika saya mengikuti PBL (Pengalaman Belajar
Lapangan) yang merupakan salah satu mata kuliah lapangan yang wajib diikuti
oleh seluruh Mahasiswa FKM UMI. Teman-teman baru saya yaitu Nurul, kak Itha,
Uni, Fakhri, Ammang, Maya, kak Tia, Try, Ricy, Eka, Vera dan Evi. Subhanallah
sungguh banyak hikmah yang Allah berikan kepada saya ketika saya gagal pada
harapan yang ingin saya capai, tapi Allah memberikan saya yang lebih dengan
jalan saya masuk pada Perguruan Tinggi Swasta terkemuka di Kota Makassar yaitu
UMI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar