Sabtu, 13 Oktober 2012

my autobiografi



            Waktu itu tahun 1992 tepatnya pada tanggal 5 oktober. Fajar belum juga datang dari ufuk timur untuk menerangi dunia. Pada waktu yang sama ada seorang ibu yang sedang berjuang melahirkan anak pertamanya disebuah Rumah Sakit di Kota Ambon. Ibu itu berjuang sekuat tenaga untuk menyelamatkan sang bayi dengan bantuan dokter. Tidak lama kemudian lahirlah seorang bayi perempuan dengan berat badan kurang dari dua kilo gram. Ya anak perempuan itu terlahir prematur. Dengan badannya yang kecil, mulutnya yang mungil serta tangan dan kakinya yang masih memerah, sang ibu menggendongnya dengan penuh rasa haru. Ayah dari si bayi perempuan itu lalu mengumandangkan adzan ditelinga si bayi perempuan dengan penuh rasa haru. Tapi kebahagiaan akan hadirnya sang bayi mungil tadi tidak berlangsung lama. Bayi perempuan tadi harus menginap di Rumah Sakit selama tujuh hari untuk mendapatkan perawatan intensif.  Dia di tempatkan di dalam inkubator agar tubuh mungilnya tetap hangat.
            Tujuh hari telah berlalu. si bayi mungil tadi telah kembali kepelukan kedua orang tuanya. Seorang bayi mungil yang diberi nama Rina. Ya itulah saya. Dua puluh tahun yang lalu saya dilahirkan sebagai anak pertama dikeluargaku. Menjalani kehidupan sebagai anak pertama di keluargaku sangatlah menyenangkan. Keluargabesarku sangat menyayangiku. Kami tinggal di sebuah dusun kecil yang bernama Dusun Hanie di pinggiran Kota Ambon. Ibuku yang berprofesi sebagai seorang guru Sekolah Dasar pada waktu itu sering membuat kami berpindah rumah karena jarak sekolah yang sangat jauh. Terkadang  ibuku sering dicemooh oleh teman-temannya karena melahirkan seorang bayi perempuan yang prematur. Mereka beranggapan bahwa seorang anak yang terlahir prematur akan menjadi anak yang idiot dan bodoh dalam segala hal bahkan umurnya tidak akan lama. Tapi ibuku selalu berdoa kepada Allah SWT. Dan Allah mendengar doa ibuku. Saya tumbuh menjadi seorang anak yang periang dan sangat disayangi oleh keluargaku. Saya menjalani hari-hari yang bahagia bersama keluargaku.
            Tujuh tahun berlalu, saya sudah mempunyai tiga orang adik. Dua adik laki-laki dan satu adik perempuan. Saya  sudah duduk di kelas satu Sekolah Dasar. Saya bersekolah di SDN 1 Tengah-tengah dimana ibuku mengajar. Jarak sekolah yang sangat jauh dari tempat tinggal kami membuat saya dan ibu saya selalu beristirahat di rumah salah satu warga di dekat sekolah. Warga Dusun Tengah-tengah sangat baik kepada kami. Mereka selalu memberikan pertolongan kami.  Menjelang magrib ayahku datang menjemput kami untuk pulang ke rumah. Ya itulah pekerjaan ayahku setiap hari mengantar dan menjemput kami. Ketiga adikku dititipkan di rumah nenekku. Satu caturwulan berlalu setelah saya bersekolah di SDN 1 Tengah-tengah. Pamanku yang merupakan seorang guru agama di SDN 1 Tial tidak tega melihatku harus bersekolah dengan jarak yang sangat jauh dari rumah. Beliau menyuruhku untuk bersekolah bersamanya. Saya setuju karena saudara sepupuku anak dari pamanku tadi juga bersekolah di tempat pamanku mengajar. Sepupuku bernama Fadli. Saya lebih tua setahun darinya, tapi dia masuk sekolah bersamaan denganku. Jadilah pada caturwulan kedua saya resmi pindah ke SDN 1 Tial. Sekolah keduaku ini tidak terlalu jauh dari rumah. Saya bisa berjalan kaki untuk sampai di sekolah. Sekolah tersebut terletak di perkampungan Kristen. Teman kelasku juga banyak yang beragama Kristen, bahkan wali kelasku adalah penganut Kristen. Meskipun demikian kami saling menyayangi. Wali kelasku yang bernama Ibu Omy sangat sayang kepada kami. Suatu pagi yang sangat cerah, aku, fadli dan teman-temanku yang lain akan berangkat sekolah. Kami yang pada saat itu telah siap untuk berangkat sekolah harus menunggu saudara sepupuku fadli yang pada hari itu terlambat bangun. Kami berjalan kaki menuju sekolah sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WITA. Setibanya kami di sekolah, halaman sudah sepi. Murid-murid yang lain sudah memasuki ruangan kelas. Kami terlambat, itulah yang dikatakan wali kelasku. Kami dihukum di depan kelas masing-masing. Saya dan saudara sepupuku Fadli dihukum berdiri di depan kelas sambil memegang telinga selama lima belas menit. Tidak lama kemudian kami dipersilahkan duduk oleh Ibu Omy selaku wali kelas kami. Hari-hari yang kami jalani sangat menyenangkan. Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bulan Januari tahun 1999 merupakan tahun yang sangat menakutkan bagi kami warga yang tinggal di Pulau Maluku. Pada tahun itu terjadi kerusuhan besar-besaran di seluruh sudut Kota Ambon termasuk dusun tempat tinggal kami. Kerusuhan itu dipicu oleh kesalahpahaman warga antar umat beragama. Warga Muslim dan warga Kristen saling serang di setiap sudut Kota Ambon. Bagi kami umat Muslim, masjid adalah tempat perlindungan yang paling aman. Para wanita dan anak-anak diungsikan ke Masjid dan para pria pergi berperang.
            Banyak sekali korban jiwa dalam peperangan antar agama tersebut. Rumah-rumah, masjid-masjid, gereja, gedung sekolah habis terbakar. Selang beberapa bulan kemudian peperangan masih terus terjadi. Orang tuaku mengungsikan saya dan adikku Rian ke pulau Buton. Di Buton kami berdua tinggal bersama nenek dari ibuku. Setelah membawa kami ke Buton, orang tuaku kembali ke Maluku. Aku dan adikku Rian disekolahkan oleh nenekku. Orang tuaku kembali ke Buton pada saat saya duduk di kelas tiga sekolah dasar. Setelah saya pindah ke Buton, saya mendapat teman-teman baru yang sangat baik seperti Mala, Nunung, Lina, Marwan, Fina, Mida, Eky, Ike, dan masih banyak lagi yang lain. Kami semua adalah teman sekelas di SDN Kambara yang sekarang berganti nama menjadi SDN 1 Lawela.
            Ketika saya duduk di bangku sekolah dasar, saya pernah mengikuti lomba cerdas cermat bersama teman-temanku. Saya dipercayakan oleh guruku mewakili sekolah untuk mengikuti lomba cerdas cermat dalam mata pelajaran IPA  tingkat sekolah bersama temanku Lina. Saya sangat bersyukur karena saya mendapat rangking satu mengalahkan sekolah unggulan SDN 1 Laompo. Dua minggu kemudian saya diutus mewakili Kecamatan yaitu Kecamatan Batauga untuk mengikuti cerdas cermat tingkat Kecamatan di Kota Baubau bersama dengan teman-teman dari sekolah lain yang sama-sama mewakili Kecamatan Batauga. Saya sangat senang sekali bisa mewakili Kecamatan, ditambah lagi saya mempunyai banyak teman baru seperti Kamil dan Citra. Kamil mewakili cabang olahraga lari dan Citra mewakili mata pelajaran bahasa Indosesia. Tapi harapanku untuk mewakili Kabupaten pupus sudah. Saya hanya bisa meraih peringkat kelima. Namun saya tidak berkecil hati karena saya selalu mendapat dukungan dari para guru yang selalu mendukungku.
            Tahun 2004 adalah tahun dimana saya pertama kali menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama. Saya harus berpisah dengan teman-temanku yang dulu karena saya akan bersekolah di Kota. SMP N 4 Baubau adalah sekolah pilihanku. Saya masuk ke sekolah itu bersama empat orang temanku dari SDN Kambara yaitu Nunung, Fina, Eky dan Yamin. Namun kami tidak ditempatkan pada kelas yang sama. Saya di tempatkan di kelas VII.8. dari dua belas kelas tujuh. Saya juga mendapat banyak teman baru seperti Ria, Ayu, Helen, Karlina, Fatma, Cahu, Hadi dan masih banyak lagi. Kesan pertama yang sangat baik ketika memasuki kelas dengan wajah teman-teman baru. Di Kota Baubau saya tinggal bersama Nunung di rumah pamannya. Saya tidak pernah mengeluh dengan semua yang saya jalani. Semuanya menyenangkan jika untuk menuntut ilmu meskipun jauh dari orang tua. Saya sangat senang jika hari sabtu tiba karena saya akan pulang ke Lawela untuk bertemu dengan keluargaku. Hari senin saya harus kembali lagi ke Kota Baubau untuk bersekolah. Begitu terus berlanjut selama tiga tahun sampai saya menamatkan sekolah menengahku pada tahun 2007.
            Setelah menamatkan sekolah menengah, saya kembali lagi ke Batauga untuk melanjutkan SMA dan tinggal bersama kedua orang tuaku. saya bersekolah di SMA N 1 Batauga. Jarak sekolah dengan rumahku kurang lebih tujuh kilo meter. Saya harus menggunakan angkot untuk sampai kesekolah. Masuk ke SMA bukanlah hal yang mudah. Saya harus melewati MOS (Masa Orientasi Siswa) yang merupakan kegiatan rutin dan wajib ketika kita memasuki dunia SMA. Senior-senior yang sangat seram, jahat dan suka memerintah bagaikan tembok raksasa bagi kami yang pada saat itu mengikuti MOS. saya hanya menghadiri dua hari dari empat hari kegiatan MOS karena pada hari ketiga MOS saya jatuh sakit. Tapi saya bersyukur pihak sekolah tidak mempermasalahkan hal itu. Hari pertama saya memasuki sekolah baru, menjadi siswa baru di SMA N 1 Batauga sangatlah tidak menyenagkan. Yang pertama, saya nyaris terlambat karena ketinggalan angkot. Yang kedua, saya ditempatkan di kelas yang tidak ada seorangpun teman yang saya kenal. Dan  yang ketiga kami murid kelas satu SMA N 1 Batauga harus masuk siang karena ruang kelas yang terbatas. Tapi semuanya itu tidak berlangsung lama, karena ternyata teman-teman sekelasku sangat ramah dan baik. Yah untuk kesekian kalinya saya mendapat teman baru. Teman-teman baru yang sangat baik  seperti Evy, Fatma, Dasni, Salmin dan yang lainnya. Saya ditempatkan di kelas X.3. Kelas yang menurutku kelas paling kacau dan sangat membuatku nyaman. Belum berapa lama saya memasuki Kampus biruku yang sangat indah itu, ada perayaan hari ulang tahun kenegrian sekolahku yang keempat. Kami seluruh warga sekolah wajib mengikuti pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan, diantaranya pertandingan bola voli, senam irama, bola gotong, pidato bahasa Inggris, pidato bahasa Indonesia dan masih banyak lagi. Saya tidak lupa ambil bagian dalam kegiatan itu. Ya, sekali lagi saya dipercayakan mewakili kelasku untuk pidato bahasa Inggris. Meskipun saya tidak begitu mahir berbahasa Inggris tapi demi kelasku dan teman-teman saya, saya siap. Saya siap berpidato bahasa Inggris meskipun pelafalan yang kurang bagus, penyusunan kata-kata dan kalimat yang mungkin tidak karuan, tapi saya siap menanggung malu agar kelasku yang sangat saya cintai kelas X.3 tidak menjadi bahan cemoohan karena tidak ada yang mewakili untuk berpidato bahasa Inggris. Pertandingan demi pertandingan telah selesai. Dan waktunya untuk mengumumkan hasil pertandingan. Semua perwakilan kelas berharap agar kelas mereka termasuk yang terbaik. Semua rangking telah dibacakan dan tidak ada satupun dari kelasku yang termasuk. Tapi saya dan teman-teman saya tidak berkecil hati. Kami bangga dengan apa yang kami capai. Semuanya akan indah pada waktunya itulah kata wali kelasku.
            Dua bulan setelah hari perayaan ulang tahun kenegrian sekolahku, sekolahku mendapat kunjungan spesial dari siswa-siswi SMA N 1 Baubau yang merupakan sekolah nomor satu di Kota Baubau. Sekolahku merupakan tuan rumah bagi kolaborasi antar dua sekolah ini. Banyak kegiatan yang ditampilkan pada acara kolaborasi ini, diantaranya pentas seni, debat bahasa Inggris, pidato musikal dan lain-lain. Kegiatan itu berlagsung selama dua hari satu malam. Bulan April 2008 saya kembali dipercayakan untuk mewakili sekolahku untuk mengikuti olimpiade Kebumian. Ya, untuk kesekian kalinya saya dipercayakan untuk mewakili sekolah (ternyata otakku boleh juga hhee). Saya mengikuti olimpiade Kebumian yang ilmunya merupakan gabungan dari ilmu Geografi dan Astronomi. Saya mengikuti bimbingan belajar dari guruku selama tiga minggu. Waktu yang ditunggu-tunggupun tiba. Saya dan teman-teman saya yang mengikuti olimpiade  akan pergi bertanding ke Pasarwajo yang merupakan Ibukota Kabupaten dari Kabupaten Buton. Perjalanan dari Batauga ke Pasarwajo memakan waktu kurang lebih empat jam. Kami berangkat dari sekolah sekitar pukul enam pagi dan tiba di Pasarwajo pukul sepuluh pagi. Pertandingan dimulai pada pukul sebelas jadi kami masih punya waktu untuk beristirahat sejenak. Pukul sebelas pertandingan dimulai. Kami memasuki ruangan sesuai dengan mata pelajaran yang kami pertandingkan. Saya masuk ke dalam ruangan Kebumian. Lembar soal dan lembar jawaban dibagikan oleh petugas dan pengawas olimpiade. Saya  tidak lupa berdoa kepada Allah SWT. agar selalu melindungiku dalam segala urusan. Saya mengisi lembar jawabanku dengan tenang. Enam puluh persen soal olimpiade sudah saya pelajari. Sisanya adalah mata pelajaran Astronomi yang belum terlalu saya kuasai. Untunglah sedikitnya saya pernah membaca dan mendengar istilah-istilah ilmiah dalam ilmu Astronomi jadi saya mengisi jawaban yang lain menggunakan insting. Saya tidak pernah meragukan instingku meskipun instingku tidak selalu tepat dan tidak selalu benar. Karena ketika kita mempercayai suatu hal maka yakinlah akan hal itu. Waktu tinggal seperempat jam lagi. Saya sudah selesai mengisi lembar jawaban meskipun tidak semuanya terisi. Setelah waktu selesai saya pun keluar ruangan mendapati teman-temanku yang lain. Kami lalu berbincang sebentar bersama guru pembibing kami tentang soal yang kami dapat pada saat di dalam ruangan tadi. Setelah itu kami lalu dibawa ke rumah makan untuk makan siang. Setelah makan siang kami belum langsung pulang karena ada cabang olahraga yang akan beraksi. Sekolahku diwakili oleh temanku Konyo. Konyo berhasil pada putaran pertama dan kedua, tapi sayang dia harus gagal pada putaran ketiga. Meskipun demikian kami tidak berkecil hati. Kami pulang dengan lapang dada dan gembira.
            Tiga minggu setelah olimipiade di Pasarwajo, inilah saat yang kami tunggu-tunggu yaitu pengumuman hasil olimpiade. Saya tidak mempunyai firasat apapun tentang hasil olimpiade. Setelah kepala sekolah mengumumkan ada tiga orang siswa yang berhak mewakili sekolah pada tingkat Kabupaten di Kendari saya mulai was-was. Nama pertama yang disebut adalah kak Munir siswa kelas XI IA 1. Kak Munir mendapat peringkat kedua dalam mata pelajaran Matematika dan berhak mewakili sekolah ditingkat Kabupaten. Nama kedua adalah Kak Asna siswa kelas XI IS 1. Kak Asna mendapat peringkat pertama dalam mata pelajaran Ekonomi. Kak Asna juga berhak mewakili sekolah di tingkat Kabupaten. Nama ketiga yang disebut adalah namaku. “Rina Anwar”. Ya, itu namaku saya tidak salah dengar. “Rina Anwar kelas X.3 mendapat peringkat kedua dalam mata pelajaran Kebumian dan berhak mewakili sekolah ditingkat Kabupaten”. Begitulah kata Kepala sekolah. Bangga luar biasa, rasa syukur yang tidak dapat kuungkapkan. Air mataku rasanya ingin meleleh kepipi, ternyata perjuanganku tidak sia-sia. Ditambah lagi semua mata siswa lain memandang kearahku. Ada rasa bangga yang tidak bisa kuungkapkan pada diriku. Beginikah rasanya menjadi seorang yang diperhatikan? Terima kasih ya Allah atas jalan dan kemudahan yang Engkau berikan.
            Dua minggu setelah pengumuman olimpiade, saya akan bersiap ke Kota Kendari untuk mewakili sekolahku ditingkat Kabupaten tentu saja bersama dengan kak Asna dan Kak Munir. Di Kota Kendari kami menginap disalah satu penginapan yang memang dikhususkan bagi kami. Saya sekamar dengan kak Asna dan dua orang teman baruku bernama Fatma dan Kak Nila. Fatma mewakili sekolahnya dalam mata pelajaran Matematika. Dia mendapat peringkat ketiga dan kak Nila mewakili sekolahnya dalam mata pelajaran Ilmu Komputer. Mereka berdua dari SMA yang sama yaitu SMA Mawasangka. Di Kendari kami hanya diberi waktu tiga hari dua malam. Setelah pulang bertanding kami langsung pulang ke penginapan dan makan siang. Sore harinya kami berjalan-jalan di Mall Mandonga yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kendari. Keesokan paginya saya dan teman-teman yang lain sudah harus kembali ke Kota Baubau. Perjalanan dari Kendari ke Baubau memakan waktu sekitar enam jam dengan menggunakan kapal cepat. Setelah kami tiba di Baubau, kami dijemput oleh salah seorang guru kami yang bernama ibu Eva. Saya bersama dengan kak Munir dan Kak Asna langsung dibawa kerumahnya untuk dijamu makan siang. Setelah makan siang kami lagsung diantar pulang ke rumah masing-masing dengan menggunakan mobil. Belum berapa lama pulang dari Kendari saya harus mengikuti ujian akhir semester dan seminggu kemudian penerimaan rapor sekaligus kenaikan kelas. Alhamdulillah saya masih bisa mempertahankan peringkatku dari semester satu yaitu peringkat satu dari tiga puluh siswa di kelas X.3.
            Kelas XI adalah kelas penjurusan. Saya memilih jurusan IA (Ilmu Alam). Saya di tempatkan di kelas XI.IA 1. Di kelas IA.1 saya juga mendapat teman baru seperti Arudin, Nurfudin, Linda, Lisa, Misa, Sarni, Hemy dan lainnya. Tapi selain teman baru, saya juga masih sekelas dengan Fatma dan Evy yang merupakan teman seperjuanganku di kelas X. Saya dan Evy duduk sebangku. Di kelas XI saya kembali dipercayakan oleh pihak sekolah untuk tetap mengikuti olimpiade Kebumian. Tapi saya tidak lolos pada seleksi Kabupaten, yang lolos adalah adik kelasku yang bernama Nuviar. Saya sangat malu pada saat itu terutama pada guru pembimbingku. Sepenuhnya memang salahku karena saya terlalu meremehkan olimpiade yang kedua. Itu menjadi suatu pelajaran buat saya untuk tidak pernah meremehkan dan menyianyiakan kesempatan lagi. Kelas XI.IA 1 adalah kelas unggulan dimana tempat berkumpulnya orang-orang pandai dari kelas X. Di kelas XI.IA 1  kami berjumlah dua puluh orang. Di kelas XI ini saya sudah sulit untuk bersaing karena banyak sekali tema-teman saya yang pandai. Saya hanya bisa menduduki peringkat ke empat diikuti dengan Evy yaitu peringkat kelima. Saya tidak pernah sedih dengan apa yang saya capai. Saya bangga dengan peringkat empat karena saya masih bisa mengalahkan enam belas orang teman saya yang lain.
            Sampai pada penaikan kelas XII saya masih tetap menduduki peringkat keempat dan Evy masih tetap menjadi yang kelima. Kami berdua memang tidak pernah berpisah. Saya harus mengakui kalau saya dan Evy bagaikan simbiosis mutualisme. Kami saling menguntungkan satu sama lain. Saya kurang begitu memahami soal-soal eksaksta jadilah Evy yang mengajari saya. Begitupun dengan Evy, Evy kurang begitu berminat dengan pelajaran yang berbau non eksakta jadilah saya yang selalu menemaninya belajar. Jadi disini kami bisa menutupi kelemahan satu sama lain yang menjadi keuntungan tersendiri bagi kami. Hasil ujian semester awal kelas XII saya masih tetap menduduki peringkat keempat namun Evy merosot menjadi enam. Peringkat lima diraih oleh Asma. Dengan keadaan itu saya tidak mau lagi bermain-main dalam belajar. Saya belajar dari Asma yang bisa langsung mengalahkan Evy. Pada semester kedua kelas XII saya terus berusaha. Ditambah lagi saya sudah kelas XII yang sebentar lagi akan lulus dari SMA. Saya harus membuktikan kalau peringkat saya bisa lebih tinggi dari peringkat empat. Dan itu terbukti pada saat hasil ujian akhir sekolah saya bisa meraih peringkat ketiga di kelas. Itu merupakan suatu pencapaian yang sangat membanggakan bagi saya.
            Hari pengumuman Ujian Nasional bagi siswa SMA se-Indonesia telah tiba. Kami semua was-was menunggu hasil jerih payah kami selama tiga tahun di SMA. Dan hasilnya sangat memuaskan. Seluruh siswa kelas XII.IA lulus seratus persen, tapi tidak dengan kelas XII Bahasa dan XII.IS. Meskipun demikian kami semua bersuka cita dengan kelulusan kami. Setelah lulus dari SMAN 1 Batauga, saya berangkat ke Kota Makassar untuk kuliah. Rencananya pada waktu itu saya akan mengambil jurusan Kedokteran Gigi jika kuliah dan saya mendaftarkan diri saya ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama yaitu UNHAS. Namun sangat disayangkan Allah tidak menghendaki saya untuk berkuliah di tempat bergengsi itu. Saya pun  memutuskan untuk mendaftar ke Stikes Sandi Karsa tapi saya ditentang oleh sepupu saya. Saya disuruh untuk mendaftar ke UMI. Saya pun mengikuti rekomendasi dari sepupu saya kemudian saya mendaftar ke UMI dengan mengambil jurusan FKM. Alhamdulillah ternyata Allah menghendaki. Ternyata Allah mempunyai rencana yang sangat besar dibalik semua yang sudah saya lewati dibelakang. Allah tidak menghendaki saya untuk masuk ke UNHAS dan Sandi Karsa karena Allah tahu bahwa UMI adalah kampus yang terbaik buat saya. Saya bisa bertemu dengan teman-teman yang sangat baik. Early adalah teman pertama saya ketika saya mengikuti pesantren kilat yang bertempat di Asrama Haji Sudiang. Di tempat itu pula saya bertemu dengan teman-teman saya yang menjadi teman sekelas saya di FKM. Mereka adalah Nurma, Fifa, Dian, Arni dan Indah. Setelah pulang dari pesantren kilat kami langsung belajar di Fakultas. Di FKM saya ditempatkan di kelas w.5, tapi kami ditempatkan di ruang belajar yang sama dengan kelas w.6. meskipun kami berbeda kelas tapi tidak terlihat sedikitpun pembatas diantara kami. saya mempunyai sahabat yang sangat baik yaitu Early, Fifa, Nurma dan Indah. Selain itu saya juga mempunyai banyak sekali teman yang sangat menarik seperti Asih dan Sela yang nama mereka saya ganti menjadi Hyung yang berarti panggilan untuk laki-laki kepada laki-laki yang lebih tua dan mereka memanggil saya dengan sebutan dongsaeng yang berarti adik. Aswati yang saya rubah namanya dengan sebutan eonni yang berarti kakak perempuan, Dewi yang saya panggil denga sebutan nunna, Ros yang saya panggil dengan sebutan bondeng sebagai gantinya saya dipanggil boncel olehnya. Ela yang saya panggil dengan sebutan ekot yang berarti Ela kotak, Nur yang saya panggil dengan sebutan Angrybird, Sinta yang saya panggil dengan sebutan Olive dan masih banyak lagi teman-teman saya yang menarik. Mereka tidak pernah marah dengan sebutan yang saya berikan kepada mereka. Mereka menganggap itu adalah panggilan sayang saya terhadap mereka. Sebelumnya kami belum terlalu dekat satu sama lain. Semuanya berawal di Padang Lampe tempat kami melaksanakan pesantren selama sebulan. Sungguh banyak sekali hikmah yang saya dapat dari pesantren Padang Lampe. Ada ayah dan bunda yang selalu sabar mengajar dan menasihati kami tanpa kenal lelah, membangunkan kami setiap subuh untuk beribadah kepada Allah SWT. Di Padang Lampe kami diajarkan untuk bersabar, tidak egois, saling berbagi, saling menghormati dan saling menyayangi. Itu semua kami pelajari dengan atau tanpa sadar tapi begitulah jalannya. Kami yang tadinya tidak pernah makan bersama dengan teman, di Padang Lampe diajarkan untuk makan empat orang satu baki semuanya seperti sudah terarah dengan baik. Selain itu, saya juga mendapat teman-teman baru ketika saya mengikuti PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) yang merupakan salah satu mata kuliah lapangan yang wajib diikuti oleh seluruh Mahasiswa FKM UMI. Teman-teman baru saya yaitu Nurul, kak Itha, Uni, Fakhri, Ammang, Maya, kak Tia, Try, Ricy, Eka, Vera dan Evi. Subhanallah sungguh banyak hikmah yang Allah berikan kepada saya ketika saya gagal pada harapan yang ingin saya capai, tapi Allah memberikan saya yang lebih dengan jalan saya masuk pada Perguruan Tinggi Swasta terkemuka di Kota Makassar yaitu UMI.