KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb
Puji syukur kita
panjatkan atas kehadirat Allah SWT , karena berkat rahmat serta hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul makalah yaitu “MINAMATA” semoga dengan adanya makalah
ini dapat memberikan wawasan bagi para pembacanya, tapi tak terlepas dari semua
itu, penulis mengharapkan kritik dan saranya untuk membangun kesempurnaan
makalah ini, karena penulis sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna
begitupun kami dalam menulis makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
sekian dan terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minamata adalah kota Jepang 34.000
orang di pantai utara-barat dari Kumamoto Prefecture di pulau Kyushu. Itu
terletak mengangkang sebuah sungai kecil yang bermuara ke Teluk Minamata,
sebuah lengan Laut (Yatsushiro) semienclosed Shiranui. Laut ini adalah sekitar
50 mil panjang dan 10 mil lebar dan dipisahkan dari laut terbuka dengan rantai
pulau pegunungan kecil.
Penyakit Minamata adalah nama yang diberikan untuk
merkuri toksikosis (keracunan) yang berkembang pada orang yang makan makanan
laut yang terkontaminasi diambil dari Teluk Minamata dan perairan pantai yang
berdekatan dalam periode setelah Perang Dunia II. Selama ini, metil merkuri
dibuang ke laut sebagai yang tidak diinginkan oleh-produk dari proses
asetaldehida di pabrik Perusahaan Chisso Terbatas industri di Minamata.
Hampir empat puluh tahun telah berlalu sejak penyakit
Minamata secara resmi diakui Mei 1956 tetapi, meskipun kebutuhan mendesak untuk
bantuan korban dan pemulihan lahan perikanan, ini dan isu-isu lainnya masih
tetap harus diselesaikan. Meskipun resolusi rumit oleh dispersi dan keragaman
korban, respons yang lambat dan tidak lengkap terutama disebabkan oleh tindakan
individu dan organisasi yang bingung dan diseret keluar proses pemulihan
keseluruhan.
Pada tanggal 31 Maret 1993,
penghitungan resmi pemerintah korban dikonfirmasi adalah 2.255 (baik hidup
maupun mati) dengan 2.376 orang lain yang masih berusaha untuk diklasifikasikan
sebagai korban. Jumlah orang menolak sertifikasi telah meningkat menjadi
12.503.. Jumlah sebenarnya korban tidak diragukan lagi lebih besar dari angka
resmi karena jumlah yang tidak diketahui orang meninggal akibat penyakit ini
tanpa sertifikasi atau memilih untuk tidak mengajukan permohonan sertifikasi.
Beberapa dokter memperkirakan bahwa setidaknya setengah dari 200.000 orang yang
tinggal di sepanjang pantai Laut Shiranui di akhir 1950-an dipengaruhi oleh
beberapa bentuk keracunan merkuri.
Pasien yang meninggal ketika penyakit memasuki stadium
akut mengalami penderitaan yang tak tertandingi. Orang lain yang selamat
membawa bekas luka fisik dan psikologis yang parah. Mereka yang memiliki
gejala-gejala ringan seperti ataksia dan inersia sering juga menunjukkan
tanda-tanda gangguan neurologis bersama-sama dengan gangguan intelektual.
Penderitaan ini menghambat setiap aspek kehidupan sehari-hari mereka, termasuk
hubungan kerja dan social. Sejumlah besar anak-anak yang diperoleh penyakit
sebelum lahir melalui transfer melalui plasenta dari ibu.
Di atas semua, tidak ada kemungkinan untuk pemulihan
sel-sel saraf yang dihancurkan oleh metil merkuri. Praktis tidak ada penelitian
tentang cara kemungkinan pengobatan berlangsung. Korban utama dari penyakit
Minamata tidak bisa mencari pekerjaan dan dipaksa untuk menanggung biaya medis
dan keperawatan yang berat.
Biasanya, biaya ini dipindahkan ke keluarga korban
karena saling membantu di antara anggota keluarga yang tradisional dalam komunitas
ini. Akibatnya, banyak keluarga miskin harus mengikis bawah laras hanya untuk
memenuhi kebutuhan. Pada akhir tahun 1959,
hanya 43 persen dari rumah tangga dengan pasien penyakit Minamata menerima
apapun bantuan publik. Seluruh rumah tangga dihadapkan dengan runtuhnya. Untuk
membuat keadaan menjadi lebih buruk, gejala suram penyakit Minamata yang belum
pernah terjadi sebelumnya dan oleh karena itu sangat mengancam. Ini
"penyakit aneh" ditakuti oleh penduduk dusun nelayan, yang berbalik
melawan menderita karena mereka dianggap pembawa penyakit menular. Praktek
pemerintah desinfektan dan mengisolasi pasien di rumah sakit diberikan alasan
untuk ketakutan tersebut. Dengan demikian,
pasien kehilangan dukungan dari komunitas yang biasanya ramah dan koperasi. Mereka
kehilangan saling membantu dan keluarga mereka dikucilkan oleh tetangga.
Ketika penyebab penyakit Minamata akhirnya
diidentifikasi, orang-orang yang tinggal di dekat, atau memancing di, area yang
terkontaminasi berada di bawah tekanan yang lebih besar dari pihak luar. Fakta
bahwa ikan adalah media di mana penyakit ini menyebar, melumpuhkan perikanan.
Tidak hanya daerah tangkapan menurun karena polusi namun penjualan lokal
menangkap ikan seluruhnya dilarang.
Akibatnya, nelayan menjadi terobsesi oleh kemungkinan bahwa penyakit mungkin
menyebar dan melakukan apa yang mereka bisa untuk menutup penyakit keluar dari
kehidupan mereka. Koperasi nelayan metodis diplot untuk menyembunyikan kasus
baru keracunan. Keluarga dengan penyakit-orang menderita menjadi lebih dan
lebih terasing dan terisolasi.
Satu fakta jelas bagi semua: lingkungan alam sedang
terdegradasi. Bukti pencemaran laut jelas sebelum manusia turun dengan penyakit
Minamata. Beberapa nelayan setempat berusaha memerangi tangkapan menurun dengan
beralih ke teknik penangkapan ikan yang baru dan lokasi baru, tetapi mereka
tidak bertemu dengan kesuksesan karena pencemaran tersebar luas. Akibatnya,
banyak dijual perahu mereka dan mencari pekerjaan di pantai. Sejumlah besar
orang lain pindah dari daerah. Migrasi luas korban account untuk fakta bahwa
banyak tuntutan hukum diajukan terhadap Chisso, prefektur Kumamoto, dan
pemerintah nasional oleh orang-orang yang tinggal di Osaka, Tokyo, Kyoto,
Fukuoka, dan di tempat lain.
Penyakit Minamata khas dari polusi industri modern
sejauh ia mewujudkan penyebaran geografis yang luas dari dampak dan korban.
Selanjutnya, seperti bencana polusi industri lainnya, sebagian besar efek
terkonsentrasi di bawah kelompok sosial ekonomi seperti buruh dari industri
primer - dalam hal ini nelayan dan keluarga mereka. Pantai publik sangat
terganggu, terutama yang menyediakan memancing dan kesempatan untuk
berjalan-jalan liburan. Dengan kata lain, penyakit Minamata mempengaruhi hampir
setiap elemen masyarakat setempat. Sebagian dari masalah ini tetap harus
diselesaikan sebelum masalah pemulihan dapat dikatakan telah benar-benar
diperhatikan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sumber-sumber pencemaran pada kasus minamata?
2. Bagaimana
port entry kasus minamata?
3. Bagaimana
BML minamata?
4. Bagaimana
dampak kasus minamata pada lingkungan dan manusian (Biomaker)?
5. Bagaimana
upaya penanggulangan kasus minamata?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui
sumber-sumber pencemaran pada kasus minamata.
2. Mengetahui
port entry kasus minamata.
3. Mengetahui
BML minamata.
4. Mengetahui
dampak minamata pada lingkungan dan manusia (Biomaker).
5. Mengetahui
upaya penanggulangan minamata.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tinjauan Pustaka
a.
Pengertian Logam Berat
Mungkin istilah logam berat sudah tak asing bagi para
kimiawan. Dari nomor atom sampai efek fisiologis telah secara rinci dibahas
dalam buku-buku kimia terutama kimia anorganik dan kimia lingkungan. Tapi tak
demikian dengan orang awam. Mungkin istilah logam berat masih terasa asing di
telinga mereka dan didefinisikan secara sederhana saja yaitu logam yang berat
(dalam artian ditimbang) seperti besi, baja, aluminium dan tembaga. Terlepas dari
definisi di atas, biasanya dalam literatur kimia istilah “logam berat”
digunakan untuk memerikan logam-logam yang memiliki sifat toksisitas (racun)
pada makhluk hidup.
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan
digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban
manusia. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria
yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme
hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek
khusus pada mahluk hidup Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan
pada mahluk hidup, besi merupakan logam yang dibutuhkan dalam pembentukan
pigmen darah dan zink merupakan kofaktor untuk aktifitas enzim. Keberadaan
logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses
alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari
tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia terutama
hasil limbah industri.
b.
Pengertian penyakit
minamata
Minamata adalah penyakit
yang disebabkan keracunan metil merkuri dengan akibat gangguan syaraf pusat dan
otak kecil karena logam merkuri. Penyakit Minamata tidak menular atau menurun
secara genetis. Selain itu, panyakit Minamata juga tidak dapat diobati, usaha
perawatan sebatas mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik.
Penyakit
Minamata atau Sindrom Minamata
adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh
keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan
berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk
disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya
mati.
Penyakit minamata
mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang, yang
merupakan daerah penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu itu terjadi
masalah wabah penyakit di kota Mintamana Jepang. Ratusan orang mati akitbat
penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf. Mengetahui hal tersebut,
para ahli kesehatan menemukan masalah yang harus segera diamati dan dicari
penyebabnya. Melalui pengamatan yang mendalam tentang gejala penyakit dan
kebiasaan orang jepang, termasuk pola makan kemudian diambil suatu hipotesis.
Hipotesisnya adalah bahwa penyakit tersebut mirip orang yang keracunan logam
berat. Kemudian dari kebudayaan setempat diketahui bahwa orang Jepang mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak. Dari hipotesis dan
kebiasaan pola makan tesebut kemudian dilakukan eksperimen untuk mengetahui
apakah ikan-ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat (merkuri).
Kemudian di susun teori bahwa penyakit tesebut diakibatkan oleh keracunan logam
merkuri yang terkandung pada ikan. Ikan tesebut mengandung merkuri akibat
adanya orang atau pabrik yang membuang merkuri ke laut. Penelitian berlanjut
dan akihirnya ditemukan bahwa sumber merkuri berasal dar pabrik batu baterai
Chisso. Akhirnya pabrik tersebut ditutup dan harus membayar kerugian kepada
penduduk Minamata kurang lebih dari 26,6 juta dolar.
c.
Studi kasus
Pada tanggal 21 April
1956, seorang anak perempuan berumur 5 tahun 11 bulan diperiksa pada Bagian
Anak Rumah Sakit Perusahaan Chisso. Gejala utamanya bersifat neurologik,
termasuk adanya kesulitan berjalan dan berbicara, serta kejang-kejang. Pasien
ini dikirim ke rumah sakit 2 hari kemudian, pada tanggal 23. Di hari yang sama
ketika ia dikirim ke rumah sakit, adik perempuannya, 2 tahun 11 bulan, mulai
mengalami kesulitan berjalan dan menggerakkan kakinya, serta mengeluhkan nyeri
pada lutut dan jari-jarinya. Ia kemudian dibawa ke Bagian Anak pada tanggal 29,
untuk pemeriksaan dengan gejala yang serupa dengan kakaknya.Daerah di mana
pasien ditemukan pertama kali berada di ujung sebuah teluk kecil, di mana
beberapa rumah berdiri berhimpit satu dengan yang lain. Diperoleh fakta
ternyata tidak hanya kedua anak perempuan di atas yang mengalami gejala
tersebut, tetapi tetangga mereka juga mengalaminya. Yang selanjutnya anggota
keluarga yang lain jatuh sakit satu demi satu, sehingga pada akhirnya semua
anggota keluarga terjangkit Penyakit Minamata. (Affan Enviro, 2005, Kasus
Pencemaran Merkuri di Teluk Minamata Jepang,
2.
Sumber-sumber pencemaran
Pencemaran umumnya berasal dari limbah rumah tangga, limbah
pabrik, buangan termis, limbah pabrik bahan makanan dan limbah industri organik
lain atau sisa-sisa pengolahan bahan organik. Demikian halnya dengan
sampah-sampah yang non-biodegradable (tidak terurai) misalnya plastik,
serat-serat sintetik, pestisida, minyak bumi, senyawa-senyawa logam berat dan
senyawa-senyawa lain yang umumnya dihasilkan industri modern yang setiap saat
bertambah banyak macamnya. Bahan pencemar ini jika terkontaminasi ke perairan
akan terakumulasi dalam tubuh organisme (biomagnifikasi) kemudian akan terbawa
ke dalam sistem rantai makanan yang dapat pula secara langsung mematikan
organisme yang tak bisa mentolerirnya. Pada faktanya pencemaran tetap akan
merugikan manusia sebagai (top predator) dalam sistem rantai makanan. Bahan
pencemar yang masuk ke lingkungan perairan walaupun melewati berbagai perlakuan
tetaplah merupakan sampah. Hal ini terus menumpuk seiring dengan berjalannya
waktu, sampai pada suatu saat manusia menyadari dan merasakan dampak negatif
yang diakibatkannya.
Penyakit pada manusia akibat polusi lingkungan tak pernah
mengalami penjangkitan bersama secara tiba-tiba. Hal ini terjadi setelah
mengalami perubahan-perubahan berjangka waktu lama pada lingkungan. Hal ini
bisa dikatakan terjadi pula pada kasus Minamata. Di tempat ini, sekitar awal
tahun 1925-1926, dampak pada industri perikanan telah muncul. Saat ini sudah
dapat dipastikan bahwa Chisso (dulunya bernama Nitchitsu) merupakan sumber
pencemarannya. Minamata disebut sebagai ”kota istana” dari Chisso (Shin Nihon Chisso Hiryo Kabushiki Kaisha atau
New Japan Nitrogenous Fertilizer, Inc.).
Pada tahun 1908, Nihon Carbide Company
didirikan. Pada tahun yang sama, perusahaan itu mengadakan merger dengan Sogi Electric dan nama perusahaan itu
berubah menjadi Nihon Chisso Hiryo
Kabushiki Kaisha (Japan
Nitrogenous Fertilizer, Inc.).
3.
Porth the entry
Merkuri metalik digunakan secara luas dalam industri, diantaranya
sebagai katoda dalam elektrolisis natrium klorida untuk menghasilkan soda
kautik (NaOH) dan gas klorin. Logam ini juga digunakan proses ektraksi logam
mulia, terutama ekstraksi emas dari bijihnya, digunakan juga sebagai katalis
dalam industri kimia serta sebagai zat anti kusam dalam cat. Merkuri metalik dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan. Termometer merkuri yang pecah merupakan salah satu
contohnya. Ketika termometer pecah, sebagian dari merkuri menguap ke udara.
Merkuri metalik tersebut dapat terhirup oleh manusia yang berada di dekatnya.
Merkuri metalik larut dalam lemak dan didistribusikan
keseluruh tubuh. Merkuri metalik dapat menembus Blood-Brain Barier (B3)
atau Plasenta Barier. Keduanya merupakan selaput yang melindungi otak
atau janin dari senyawa yang membahayakan. Setelah menembus Blood-Brain
Barier, merkuri metalik akan terakumulasi dalam otak. Sedangkan merkuri
yang menembus Placenta Barier akan merusak pertumbuhan dan
perkembangan janin.
4.
BML standar merkuri
Di teluk minamata, Sedimen kerang mengandung 10-100 ppm
metil merkuri. Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan
kerang-kerangan yang berasal dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit
Minamata pada tikus dan kucing percobaan. Mereka memiliki kandungan merkuri
antara 20-40 ppm, yang memperkuat dugaan bahwa merkuri telah menyebar luas pada
area Laut Shiranui. Standar nasional merkuri yang diperbolehkan di lingkungan
saat ini adalah 1,0 ppm. Selain itu,
Para penderita penyakit Minamata, menunjukan kadar Merkuri antara 200 sampai
500 mikrogram per liter darahnya. Sementara batasan aman menurut WHO adalah
antara lima sampai 10 mikrogram Merkuri per liter darah.
5.
Dampak kasus minamata
1.
Pada lingkungan
Dampak kasus minamata pada lingkungan yaitu mencemari
perairan atau lautan diteluk minamata. Dimana minamata adalah sebuah desa yang
dikelilingi oleh lautan dan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan.
Merkuri mencemari perairan teluk minamata yang menyebabkan semua biota yang ada
diperairan itu terkontaminasi dengan merkuri. Akibat pencemaran yang terjadi,
timbul gejala-gejala aneh dan abnormal pada hewan yang hidup di sekitar Teluk
Minamata. Adapun gejala-gejala tersebut yaitu :
1.
Di Matageta, gurita, bandeng laut mengambang dan dapat
ditangkap dengan tangan
2.
umput laut di Teluk Minamata berubah menjadi putih dan
mulai mengambang di permukaan
3.
kerang, tiram, kepah, siput, dll, banyak yang terbuka
4. Ganggang hijau, agar-agar, laver hijau, alaria
dll memudar warnanya tercerabut dan mengambang. Jumlah rumput laut menurun
menjadi hanya 1/3 jumlah sebelumnya
Untuk biomaker lingkungan bisa dilihat dengan uji
laboratorium dari hewan-hewan yang terkontaminasi oleh merkuri. Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan
kerang-kerangan yang berasal dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit
Minamata pada tikus dan kucing percobaan. Mereka memiliki kandungan merkuri
antara 20-40 ppm
2.
Dampaknya pada manusia.
Dampak kasus minamata pada manusia adalah Metil merkuri yang
masuk ke tubuh manusia akan menyerang sistem saraf pusat. Gejala awal antara
lain kaki dan tangan menjadi gemetar dan lemah, kelelahan, telinga berdengung,
kemampuan penglihatan melemah, kehilangan pendengaran, bicara cadel dan gerakan
menjadi tidak terkendali. Beberapa penderita berat penyakit Minamata menjadi
gila, tidak sadarkan diri dan meninggal setelah sebulan menderita penyakit ini.
Penderita kronis penyakit ini mengalami gejala seperti sakit
kepala, sering kelelahan, kehilangan indera perasa dan penciuman, dan menjadi
pelupa. Meskipun gejala ini tidak terlihat jelas tetapi sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari. Yang lebih parah adalah penderita congenital yaitu bayi
yang lahir cacat karena menyerap metil merkuri dalam rahim ibunya yang banyak
mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil merkuri. Ibu yang mengandung tidak
terserang penyakit Minamata karena metil merkuri yang masuk ke tubuh ibu akan
terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin dalam kandungannya. Panyakit
Minamata tidak dapat diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya untuk
mengurangi gejala dan terapi rehabilitasi fisik. Disamping dampak kerusakan
fisik, penderita Minamata juga mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat
seperti dikucilkan, dilarang pergi tempat umum dan sukar mendapatkan pasangan
hidup.
Biomaker pada manusia
dapat diketahui dengan melakukan uji laboratorium pada organ tubuh manusia
misalnya rambut, urin, dan darah. Level tertinggi dari merkuri yang dideteksi
pada rambut penderita penyakit Minamata adalah 705 ppm
Kadar merkuri yang besar
juga dideteksi pada air seni penderita Penyakit Minamata, berkisar antar 30-120
gamma per hari. Merkuri akan meracuni manusia saat kadarnya melebihi kadar
normal dalam darah (sekitar 0,04 ppm).
6. Penanggulangan
Dalam
kasus penyakit minamata, penanggulangan yang bisa dilakukan yaitu :
1. Penutupan polutan dari
sumber-sumber
Berkenaan dengan tanaman
Chisso Minamata Co, Ltd, melalui penyelesaian sistem sirkulasi yang sempurna
pada tahun 1966, air limbah yang mengandung senyawa methylmercury tidak pernah
diberhentikan di luar pabrik pada prinsipnya, dan sumber polutan itu
dihilangkan melalui penghentian produksi asetaldehida pada tahun 1968. In the
Agano River basin the process of producing acetaldehyde had already closed
before Minamata Disease was discovered. Di basin Sungai Agano proses produksi
asetaldehida sudah ditutup sebelum penyakit Minamata ditemukan.
2. Pengendalian limbah
Pada tahun 1969, drainase
dari limbah pabrik yang mengandung methylmercury ke Teluk Minamata regutated.
Pada tahun 1970, Undang-Undang Pengendalian Pencemaran Air diberlakukan, yang
dipaksakan kontrol pembuangan limbah air di semua daerah di Jepang, dalam
hubungannya dengan zat-zat beracun, misalnya, merkuri dan cadmium. Selanjutnya,
konversi metode produksi soda menyarankan agar tanaman yang mungkin pembuangan
merkuri selain Showa Denko Chisso dan tanaman.
3.
Pemulihan
lingkungan
Karena cukup
methylmercury tetap konsentrasi di bawah endapan dari air yang terkait dengan
daerah-daerah bahkan setelah pelepasan dari senyawa methylmercury dihentikan,
dalam rangka untuk menghilangkan endapan dasar ini, 1974-1990, Prefektur
Kumamoto dilakukan untuk menangani proyek dengan sekitar 1.500.000 kubik meter
dari bawah sedimen dari Teluk Minamata yang mengandung merkuri lebih dari
standar penghapusan (25ppm dari total merkuri) dengan cara pengerukan dan TPA,
dan untuk membuat 58ha. TPA, dengan total biaya 48 miliar yen (dari jumlah
total, perusahaan yang bertanggung jawab menanggung 30.5 miliar yen). Pada
tahun 1976, Prefektur Niigata dilakukan pengerukan dasar sungai sedimen yang
mengandung merkuri lebih dari standar penghapusan drainase di sekitar outlet
dari Showa Denko tanaman oleh beban perusahaan yang bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Di awal tahun 50an Teluk Minamata
tercemar oleh limbah logam berat Mercury yang berasal dari pabrik Chiso di kota Minamata
propinsi Kumamoto, Jepang. Limbah mercury
mencemari teluk Minamata, sehingga ikan dan kerang-kerangan tercemar logam
berat. Penduduk kota Minamata yang mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan dari
teluk Minamata menderita sakit sehingga korban berjatuhan. Dalam kasus penyakit Minamata, lebih dari 3.000 korban telah
terjangkit wabah penyakit Minamata ini
2.
Saran
Dengan
pengalaman kerusakan akibat bencana dari kasus penyakit Minamata ini menjadi
awal sebagai titik balik untuk mengemban langkah-langkah dalam melindungi
lingkungan telah mengalami kemajuan yang signifikan. Dari pengalaman yang terjadi di Jepang, dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi negara-negara lain khususnya Negara kita Indonesia untuk lebih waspada dan peduli akan lingkungan.